Di Desa Ngrejeng, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur terdapat sekolah tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang diberi nama MTs Al-Huda. Sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan Ash Shiddiqy itu beralamat di Jalan Raya Ngambon Km.7 Desa Ngrejeng, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Bojonegoro.
Sekolah ini berdiri sejak tahun 1985, bertepatan dengan hari Jumat tanggal 5 Juli 1985. Pendiriannnya diprakarsai oleh seorang tokoh agama Desa Ngrejeng saat itu bernama Kiai Moh Niam. Dia dikenal sebagai sosok yang disegani masyarakat dan berprofesi sebagai Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah (MII) Ngrejeng.
| MTs Al-Huda Ngrejeng, Kreatif Daur Ulang Limbah (Sumber Gambar : Nu Online) |
MTs Al-Huda Ngrejeng, Kreatif Daur Ulang Limbah
Kala itu, MII Ngrejeng menjadi madrasah yang memiliki banyak siswa dari lingkungan sekitar sekolah dengan siswa yang mayoritas berasal dari keluarga menengah ke bawah (kurang mampu). Karena itu, usai lulus MI, karena keterbatasan biaya banyak alumni MII Ngrejeng yang memutuskan untuk berhenti sekolah dan tidak melanjutkan ke jenjang berikutnya karena alasan biaya pendidikan yang tidak terjangkau oleh mereka.Nahimunkar: Berita Islam & Aliran Sesat
Karena tidak ingin banyak warga yang putus sekolah, akhirnya para tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat mengadakan musyawarah pendirian Madrasah Tsanawiyah (MTs) sebagai jenjang lanjutan pasca sekolah di MII Ngrejeng. Harapannya, di samping untuk meningkatkan ilmu pengetahuan umum dan agama juga sebagai bekal hidup di tengah-tengah masyarakat nantinya.MTs yang baru didirikan itu pun diberi nama Al-Huda yang berasal dari Hudan-hidayatun atau memberi petunjuk. Saat itu, meski proses belajar-mengajar sudah terlaksana, namun secara administratif MTs Al-Huda belum terdaftar secara resmi. Baru sekitar dua tahun selanjutnya tepatnya tahun 1987, tepatnya tanggal tanggal 26 Desember 1987 pihak sekolah mendapat Piagam Madrasah yang diterbitkan oleh Departemen Agama RI Kantor wilayah Jawa Timur. Piagam madrasah tersebut menandai terdaftarnya MTs Al-Huda sebagai lembaga sekolah ilegal meski belum memiliki status Diakui.
Selang 10 tahun kemudian, MTs Al-Huda baru mendapat status Diakui dan kemudian mulai tahun 2005 sekolah yang memiliki luas sekitar 843 m2 itu memproses akreditasi dan akhirnya bersatus terakreditasi B.
Nahimunkar: Berita Islam & Aliran Sesat
Selama kurang lebih 30 tahun berdiri, MTs Al-Huda Ngrejeng sudah dipimpin oleh sembilan Kepala Sekolah. Dimulai dari periode pertama yakni tahun 1985 – 1990 di bawah pimpinan H. Moh Ni’ am sebagai Pendirinya. Periode kedua mulai tahun 1990 – 1991 dipimpim oleh Ali Djunaidi, periode ketiga dari 1991 – 1993 dipimpin oleh Sujudi, tahun 1994 – 1997 dipimpin oleh Drs. A. Noor Husainy, 1998–1999 dipimpin oleh Mchtarom, tahun 2000 – 2007 dipimpin oleh Drs. Suryono, tahun 2008 -2009 dipimpin oleh Ahmad Risqi Mahasin, S.Pdi, periode kedelapan tahun 2009 - 2010 dipimpin oleh Drs. Suyatmo.Kemudian periode kesembilan dari tahun 2011 hingga sekarang dipimpin oleh Drs, Abi Darim. Di bawah kepemimpinannya, sekolah yang memiliki luas bangunan 440 m2 itu memiliki strategi tersendiri untuk mengembangkan keterampilan peserta didiknya. Salah satunya dengan pengajaran peningkatan kreativitas siswa-siswi.
Berkreasi dengan Barang Bekas
Sebagai usaha untuk mengajarkan anak didik kreatif, para siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) al-Huda Purwosari diajarkan untuk membuat karya individu. Kreativitas tersebut tidak hanya ditekankan pada kemampuan, tapi juga penekanan pemanfaatan limbah dan benda-benda yang mudah didapat di lingkungan siswa.
Menurut Kepala Sekolah MTs Al-Huda, Abi Darim, siswa didiknya diajarkan dan diminta praktik membuat bakiak dari bahan limbah kayu di sekitar rumah siswa. Selain itu, juga memanfaatkan ban bekas untuk tali bakiak.
"Sementara ini, baru satu kelas yang praktik. Tidak hanya membuat, para siswa juga memanfaatkan hasil karyanya untuk wudlu saat di sekolah. Jadi, dibuat sendiri dan dipakai sendiri," ujar alumni IAIN Sunan Ampel Surabaya ini.
Lebih lanjut dikatakan, tidak hanya kreativitas pembuatan bakiak, siswa didik juga diajari tentang memanfaatkan tanaman untuk dikonsumsi. Salah satunya memanfaatkan pekarangan rumah untuk ditanami tanaman produktif yang bisa dimasak dan dikonsumsi sendiri.
"Seperti kacang tanah, jagung, ketela pohon, anak-anak bisa memanfaatkan hasil tanaman mereka sebagai makanan yang sehat dan non kolesterol," tandasnya.
Selain membuat bakiak, peserta didik juga diajarkan untuk membuat karya kerajinan tangan membuat tas dari bahan kardus bekas, membuat tempat pulpen, vas bunga dan tempat arsip dokumen dan lain lain. Harapannya setelah lulus para siswa bisa memanfaatkan kreativitas mereka untuk berwirausaha. kegiatan seperti ini untuk melatih siswa, terasah kemampuannya sehingga timbul ide-ide kreatif yang bisa dilakukan dimasa mendatang. Namun Pembuatan alat kerajinan dari kardus bekas ini perlu ditingkatkan dan Perlu Pelatihan Khusus. Sehingga barang yang dihasilkan mempunyai nilai Jual yang tinggi .
Pembelajaran serta peningkatan keterampilan tersebut selaras dengan kurikulum yang diterapkan oleh pihak sekolah. Struktur kurikulum berisi sejumlah mata pelajaran yang harus disampaikan kepada peserta didik. Mengingat perbedaan individu sudah barang tentu keluasan dan kedalamannya akan berpengaruh terhadap peserta didik pada setiap satuan pendidikan.
Pada program pendidikan di MTs Al-Huda Ngrejeng Purwosari Kabupaten Bojonegoro jumlah jam mata pelajaran adalah 48 jam pelajaran setiap minggu. Setiap jam pelajaran lamanya 40 menit. Jenis program pendidikan di MTs Al-Huda Ngrejeng Purwosari Kabupaten Bojonegoro, terdiri dari program umum meliputi sejumlah mata pelajaran yang wajib diikuti seluruh peserta didik, dan program pilihan yang meliputi mata pelajaran yang menjadi ciri khas keunggulan daerah berupa mata pelajaran muatan lokal, termasuk pembinaan kreativitas dan keterampilan peserta didik.
Muatan lokal yang dikembangkan di MTs Al-Huda Ngrejeng adalah untuk mengembangkan potensi daerah sebagai bagian dari upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah/madrasah, serta mengembangkan potensi sekolah/madrasah sehingga memiliki keunggulan yang kompetitif. Muatan lokal lokal ini disajikan dalam bentuk mata pelajaran yang harus ditempuh oleh setiap peserta didik dan harus mencapai/lulus SKL-MP, SK-KD Mata pelajaran dalam mengembangkan program keterampilan bahasa, baik bahasa daerah maupun bahasa asing, keterampilan dalam bidang Teknologi Informasi, atau bentuk keterampilan tepat guna seperti pembuatan bakiak, tas dari bahan kardus, vas bunga, tempat pulpen dan produk lainnya yang dihasilkan dari limbah rumah tangga. (Nidhomatum MR)
Foto: Kepala MTs Al-Huda Ngrejeng memamerkan salah satu hasil kerajinan tangan siswa
Dari Nu Online: nu.or.id
Nahimunkar: Berita Islam & Aliran Sesat Ubudiyah, Pahlawan, Hikmah Nahimunkar: Berita Islam & Aliran Sesat
